Secara umum potensi Sumber Daya Alam (SDA) Provinsi Maluku terbagi dalam lima sektor utama yaitu perikanan, perkebunan, pariwisata, pertaqmbangan dan energi. Lima sektor ini belum tergarap maksimal, baik oleh masyarakat dan juga investor. Potensi nilah yang bisa dimanfaatkan investor dalam maupun luar negeri sehingga menimbulkan multipilier effect bagi perkembangan maluku, khususnya masyarakat maluku di masa mendatang.
Dengan luas wilayah mencapai 712,480 Km2, dimana luas daratan hanya 7,4 persen atau 54.184 Km2, serta memiliki 1.412 pulau, Maluku memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Demikian juga dengan sektor pariwisata. Selain menawarkan panorama bahari yang mempesona, maluku memiliki lautan yang indah serta belum terjamah, cocok untuk mengembangkan resort-resort berkelas. Untuk potensi perkebunan, Maluku sudah terkenal beratus-ratus tahun lalu, mulai dari komuditas pala, cengkih dan juga kelapa yang sudah diperdagangkan ke seluruh dunia sejak masa Portugis menguasai Maluku. Sedangkan untuk pertambangan, Maluku memiliki potensi pertambangan emas,nikel dan tembaga. Maluku yang juga dilalui patahan geologi bumi menyimpan cadangan minyak bumi dan panas bumi yang belum terekplorasi secara maksimal.
Prikanan
Provinsi Maluku memiliki potensi perikanan mencapai 1,62 juta ton per tahun. Dengan luas wilaya 712.480 Km2, dimana 92,4 persen merupakan wilayah lautan, potensi perikanan Maluku memang sangat besar. Selain itu, dari semilan wilayah fishing ground utama Indonesia, tiga diantaranya berada di Maluku yaitu Laut Banda, Laut Arafura, dan Laut Seram.
Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JBT) selama ini sebesar 1,30 ton per tahun. Potensi ini bisa dimaksimalkan dan bisa meningkat bila investor perikanan budidaya memanfaatkan pesisir pantai di wilayah Maluku yang memiliki garis pantai sepanjajg 10.662 kilometer dan lautnya yang masih terjaga. Perairan laut dan pesisir Provinsi Maluku memiliki kekayaan dan keanekaragaman sumber daya ikan dan non ikan yang potensial untuk dikembangkan baik untuk usaha perikanan tangkap maupun usaha perikanan budidaya.
Produksi perikanan tangkap pada tahun 2012 mencapai 537.261,9 ton, dengan daerah sentra produksi terbesar adalah Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Timur, dan Kabupaten Maluku tenggara. Komoditas perikanan tangkap yang bernilai ekonomis tinggi dan prospektif dikembangkan adalah ikan tuna (tunnussp) dan cakalang (katsuwonuspelamis).
Perikanan Maluku disokong oleh tiga fishing ground utama Indonesia yaitu Laut Banda, Laut Arafura, Laut Seram yang masuk dalam Wilayah Pengelolaam Perikanan (WPP) Maluku. Indonesia memiliki sembilan wilyah pengelolaan perikanan atau fishing ground utama. Diperkirakan, tiga fishing ground utama ini memiliki potensi sumberdaya perikanan sebesar 1,63 juta ton per tahun dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JBT) 1,30 juta ton/tahun. Potensi sumberdaya ikan di Maluku ini 26,3 persen dari potensi nasional yang mencapai 6,5 juta ton/tahun.
Atas dasar ini, pemerintah mulai mencanangkan Maluku sebagi Lumbung Ikan Nasional (LIN) dimana sentra-sentra produksi seperti Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten seram Bagian Timur, dan Kabupaten Maluku Tenggara, dijadikan daerah penyangga utama ekspor perikanan nusantara.

Jenis Ikan
Tuna, Cakalang, Kerapu, Ikan Pelagis Besar, Ikan Pelagis Kecil, Ikan Demersal, Ikan Karang, Udang, Lobster, dan Cumi-cumi.
Produksi Rumput Laut
494.3742 ton/tahun
Ikan Tuna
Potensi : 50.100 ton/tahun
JTB : 40.100 ton/tahun
Produksi : 34.214,4 ton / 85,32% dari JTB
Produk : Tuna, Tuna Segar, (pengasapan dan penggaraman)
Daerah Potensial : Seram Bagian Timur, Maluku Tengah, dan Kota Ambon
Ikan Cakalang
Potensi : 111.400 ton/tahun
JTB : 88.700 ton/tahun
Produksi : 51.318,6 ton / 57,86% dari JTB
Produk : Cakalang Beku, Cakalang Segar, (pengasapan dan penggaraman)
Daerah Potensial : Seram Bagian Timur, Maluku Tengah, dan Kota Ambon
Potensi Budidaya
Perikanan Laut
Luas Wilayah Potensial : 495.300 Ha
Sudah Dimanfaatkan : 39.118,51 Ha atau 7,90%
Produksi : 586.059,28 ton/tahun
Jenis Budidaya : Jaring Apung
Jenis Ikan : Kerapu dan Udang
Daerah Potensial : Seluruh Kabupaten/Kota
Rumput Laut
Luas Wilayah Potensial : 26.000 Ha
Sudah Dimanfaatkan : 9.114 Ha
Produksi : 583.351 ton/tahun
Jenis Budidaya : Eucheumacottonii
Daerah Potensial : Kep. Aru, Maluku Tenggara, Malauku Barat Daya, dan Kota Tual
Tiram Mutiara
Luas Wilayah Potensial : 26.000 Ha
Sudah Dimanfaatkan : 9.114 Ha
Produksi : 11.231 ton/tahun
Jenis Budidaya : Tiram Mutiara
Daerah Potensial : Kota Tual dan Kab. Kep. Aru
Budidaya Air Payau (Tambak)
Luas Wilayah Potensial : 191.150 Ha
Sudah Dimanfaatkan : 105.450 Ha
Produksi : 583.381 ton/tahun
Jenis Budidaya : Udang Windu, Udang Vename, dan Ikan Bandeng
Daerah Potensial : Pulau Seram. Pulau Buru, Pulau Ambon
Sarana Pendukung
- 13 Pelabuhan Perikanan Nasional
- Pelabuhan Perikanan
- Laboratorium
- Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan
- Balai Budidaya
Investasi Pendukung Lumbung Ikan Nasional
Permasalahan terjadinya ilegal, Unregulated and Unreported Fishing (IUUF) selama ini di wilayah laut Indonesia. Termasuk Maluku, mendorong pemerintah mengharuskan investasi perikanan tangkap yang berkelanjutan. Ditetapkannya Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN), Pemerintah Provinsi Maluku merencanakan pembangunan 13 Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN)di 11 Kabupaten/Kota yaitu PPN Tantui (ambon), PPN Dumar (Tual), PPI Eri (Ambon), PPI Taar (Tual), PPI Amahai, PPI Kayeli, PPI Ukur Larang, PPI Klishatu Wetar, PPI Kalar-Kalar (Aru), PPI PTP Banda, PPI Tamher SBT, PPP Piru SBB, dan PPP Dobo.
Menunjang pengembangan 13 pelabuhan perikanan ini, direncanakan pembangunan kawasan minapolitan pada gugus pulau VII yaitu Kota Ambon dan sekitarnya, serta gugus pulau VIII yaitu Kepulauan Kei ( Kota Tual dan sekitarnya). Ditetapkannya kawasan minapolitan ini mendorong terbukanya investasi untuk 6 Kawasan Perhatian Investasi (KPI) di Maluku yaitu :
- KPI Ambon dengan nilai investasi Rp. 2.649T
- KPI Seram dengan nilai investasi Rp. 40,88T
- KPI Tual dengan nilai investasi Rp. 1.722T
- KPI Aru dengan nilai investasi Rp. 195T
- KPI Saumlaki dengan nilai investasi Rp. 140T
- KPI Wetar dengan nilai investasi Rp. 13.028,3T
Kawasan Perhatian Investasi (KPI) merupakan kumpulan dari satu atau beberapa kegiatan investasi, yang secara geografis beraglomerasi di area yang berdekatan, serta didukung oleh sistim jaringan infrastrukturyang akan memperkuat konektivitas intra dan antar wilayah disekitarnya. Melalui pendekatan KPI ini diharapkan dukungan penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan terintegrasi dengan berbagai proyek investasi swasta dan BUMN sehingga dapat disediakan secara efisien dan efektif.
Potensi Investasi Sektor Perikanan
Potensi Budidaya
- Budidaya Kerapu dan Udang
- Budidaya Mutiara
- Budidaya ikan air payau (udang windu dan ikan bandeng)
- Budidaya ruput laut
Potensi Industri
- Pengembangan Industri perikanan (Dobo – Keplauan Aru)
- Pengembangan usaha perikanan tangkap yang efisien dan lestari
- Industri pengawetan dan pengolahan hasil perikanan tuna dan cakalang
- Industri pengolahan rumput laut
- Pemasaran produksi hasil budidaya rumput lautdan ikan kerapu
- Pengolahan ikan tuna dan cakalang
Potensi Infrastruktur Perikanan
- Pengembangan perikan (Dobo – Kepulauan Aru)
- Tempat pelelangan ikan
- Pelabuhan perikanan pabrik dan galangan kapal
|