Warisan Budaya Kabupaten Maluku Barat Daya
Written by Administrator   
Wednesday, 30 April 2014 01:25
Multithumb found errors on this page:

There was a problem loading image /var/www/vhosts/dpmptsp-maluku.com/httpdocs/images/stories/berita/budayambd.jpg

budayambd.jpgBUDAYA FESTIVAL maluku PULAU Masela tidak hanya dikenal dengan sumber daya alam gas bumi

 

yang kelak akan menjadi primadona bagi perekonomian Maluku. Pulau yang terletak di Maluku Barat Daya (MBD) ini menyimpan banyak karya budaya yang ada sebagai bagian penting dari penyelamatan beragam karya budaya yang merupakan bagian integral dari kebudayaan nasional. Tari Ehe Lawn, Patung Tumbur serta Kain Tenun Tanimbar, ketiga warisan budaya dari MBD telah terdaftar dalam warisan budaya nasional.

Tari Ehe Lawn atau yang dikenal dengan sebutan Tari Seka Besar, merupakan tarian tradisional yang sering dilakukan pada saat upacara adat maupun penjemputan tamu-tamu kehormatan. Kronologis penemuan tari ini bermula dari perkampungan tua yang bernama Kalewn. Di kampung itulah, hidup seorang peternak kambing yang juga seniman bernama Kowjer Penaonde. Setiap hari, Kowjer pergi menggembala kambingnya di seputaran hutan. Pada suatu ketika Kowjer sedang menggembala kambing, setelah diperhatikannya, ternyata ada kambing yang hilang. Kowjer berfikir kambing yang hilang itu masuk dalam hutan.

Kemudian Kowjer pun mulai gelisah. Dirinya berniat untuk mencari kambing yang hilang, tibalah Kowjer pada sebuah peternakan kambing. Disana, dirinya mengawasi ada atau tidaknya kambing yang dicarinya. Kowjer pun tertegun saat melihat kambing-kambing tersebut sedang bermain sesekali melompat dan melakukan gerakan-gerakan nyanyian. Dari situlah Kowjer kemudian terinspirasi untuk membuat lagu dan gerakan-gerakan yang seperti dilakukan oleh kambing. Dalam perjalanan pulang, Kowjer terus menyanyikan lagu dan sesekali melompat mengikuti gerakan kambing. Oleh orang kampunya, Kowjer dikira sudah gila. Mereka berupaya mendekatinya untuk mengetahui mengapa ia berbuat demikian. Dari situlah, mereka memahami. Dan Kojer berhasil menciptakan sebuah lagu yang diberi judul "Pipyo Mkyalimyese Wullyo" yang memiliki arti, lihatlah betapa indah bulu kambing itu. Kowjer pun berhasil menciptakan tarian Ehe Lawn yang akhirnya menjadi kebanggaan oleh masyarakat di tiga kampung yakni Babyotan, Telalora dan Iblatmumtah.

“Secara tradisi, tarian ini biasa dibawakan dengan jumlah penari yang tidak terbatas. Namun, pada saat pertunjukkan, tari ini dibawakan oleh 15 orang. 3 orang perempuan sebagai penabuh tifa besar, serta 12 orang laki-laki sebagai penari,” urai Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Ambon, Stevanus Tiwery,kemarin.

Tarian ini memiliki gerakan yang sangat sederhana, dengan gerakan kaki yang dominan. Gerak Newtala yang dimaknai dengan penyatuan kekuatan manusia dengan alam. Gerak Nyesek diartikan sebagai gerak ayun kaki dalam penyatuan kekuatan bersama dalam menyerang musuh. Gerak Noa dimaknai mengambil ancang-ancang. Gerak Neanya yaitu gerakan dua orang penabuh tifa kecil dalam memberikan semangat pada penari (muka perahu). Gerak Ayowane yakni gerakan dimana satu orang penari khusus disiapkan guna memberikan semangat bagi penari (badan perahu) dan penari (belakang perahu). Gerak Nyepa yakni seorang perempuan menjadi bagian dari penyemangat para penari laki-laki. Gerak Tyarka dimana untuk memulai melakukan pementasan, seorang penari lebih dahulu menyanyikan lagu adat guna membangkitkan semangat para penari.

Tarian ini, lanjut Tiwery, sejak 1988 silam, telah diikutkan dalam festival tari tingkat nasional di Jakarta. Tari Ehe Lawn berhasil masuk dalam 10 besar pertunjukkan terbaik pada saat itu. Pada saat perayaan Sail Banda 2010 lalu, Tari Ehe Lawn menjadi tarian sambutan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Ambon. Dan terakhir, pada 2012 lalu saat Dubes Korea datang di Ambon, tari ini juga yang menjadi tari sambutan.

Ehe Lawn yang merupakan tari peperangan ini pada pementasan memiliki gerakan yang standart dengan seringnya terjadi pengulangan terhadap gerakan-gerakan. Namun, seiring dengan seringnya pementasan maupun festival yang diikuti, sudah ada penambahan-penambahan gerakan yang dilakukan  untuk memperkaya tarian ini.

Sumber : Ambon Ekspres

Warisan Budaya Kabupaten Maluku Barat Daya
Last Updated on Wednesday, 30 April 2014 01:53
 

Artikel Terkait

 

Migrasi & Pelaporan LKPM OSS 1.1

BPMD Facebook

Pengunjung

mod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_counter
mod_vvisit_counterToday37
mod_vvisit_counterYesterday505
mod_vvisit_counterThis week2510
mod_vvisit_counterThis month14826
mod_vvisit_counterAll1618312