Kajian potensi dan perbaikan teknologi budidaya beberapa pangan lokal (jagung dan kacang tunggak) sebagai sumber pangan
alternatif di Maluku dilaksanakan di KP. Makariki dan di dusun Kampung Baru, desa Haruru, kecamatan Amahai, Kab. Maluku Tengah dengan tujuan perbaikan teknologi budidaya pangan lokal (jagung dan kacang tunggak) pada lahan kering; meningkatkan produktivitas pangan lokal (jagung dan kacang tunggak) dan pendapatan petani pada lahan kering. Keluaran (Output) yang diharapkan Diperolehnya teknologi perbaikan budidaya pangan lokal (jagung dan kacang tunggak) pada lahan kering; Meningkatnya produktivitas pangan lokal (jagung dan kacang tunggak) dan pendapatan petani pada lahan kering.
Perbaikan teknologi budidaya tanaman pangan lokal (jagung dan kacang tunggak) yang dikaji adalah : A = Monokultur kacang tunggak; B = Tumpangsari kacang tunggak dan jagung dengan basecrop kacang tunggak (4 baris kacang tunggak dan 2 baris jagung); C = Monokultur jagung; D = Tumpangsari jagung dan kacang tunggak dengan basecrop jagung (4 baris jagung dan 4 baris kacang tunggak), dan E = Jagung dan kacang tunggak ditanam dalam satu lubang (sesuai dengan kebiasaan petani di MBD). Jarak tanam jagung adalah 75 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang), jarak tanam kacang tungak 40 cm x 20 cm (2 tanaman/lubang) untuk perlakuan A, B, C dan D, sedangkan untuk perlakuan E, jarak tanam adalah 100 cm x 80 cm (2 tanaman/ lubang).
Teknologi budidaya lainnya berdasarkan konsep pengelolaan tanaman terpadu, antara lain pemupukan berimbang, yaitu pupuk anorganik berdasarkan hasil analisis tanah dengan mengunakan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), dan pupuk organik 2 ton per ha, sedangkan pengendalian hama penyakit berdasarkan konsep PHT. Luas petak percobaan 8 m x 10 m.
Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok yang diulang 3 kali. Parameter yang diamati dalam kajian ini adalah komponen pertumbuhan dan hasil tanaman pangan local (jagung dan kacang tunggak) serta biaya usahatani. Hasil kajian menunjukkan bahwa pola tumpangsari jagung dan kacang tunggak dengan basecrop kacang tunggak (Perlakuan B) memberikan hasil, penerimaan dan keuntungan yang tertinggi dengan B/C rasio sebesar 2,41. Pola tanam lainnya yang cukup menguntungkan adalah monokultur jagung (C), monokultur kacang tunggak (A), dan tumpangsari jagung dan kacang tunggak dengan basecrop kacang tunggak (B).
Sumber : BPTP Maluku
|